Pengertian
Adakah persamaan dan perbedaan antara pengertian bersih dan suci ?
Dalam bahasa indonesia, sepertinya kedua kata tersebut sama. Akan
tetapi, terkadang terasa berbeda dalam penggunakannya. Misalnya saja,
dalam susunan kalimat bahasa indonesia, “Orang itu hati hatinya sangat
bersih.” Bersih di sini bisa diartikan suci atau ikhlas. Sedangkan dalam
kalimat yang lain, “Batas suci” yang biasa ditulis di masjid atau
mushalla di Indonesia. Suci di disi bisa diartikan bersih, baik bersih
dari kotoran maupun bersih dari hal yang bersifat najis. Dalam kalimat
lain, yang sering kita jumpai pada pejaran fiqih misalnya, “Air ini suci
dan bisa mensucikan kotoran atau najis”. Kata suci dalam kalimat ini
bisa diartikan bersih. Atau dengan kata lain, “Air ini bersih dan bisa
membersikan kotoran atau najis”.
Alhasil, antara bersih dan suci adalah tidak ada perbedaan, yang ada
adalah kesamaan. Pendapat di atas didukung oleh penulis kamus Ilyas
Al-Ashri, Arab – Inggris, Ilyas Anton. Beliau mengartikan kata Thaahirun
dengan to be pure dan to be clean. Dalam bahasa Indonesia to be pure
berarti suci dan to be clean berarti bersih. Dalam kata yang lain, Ilyas
Anton mengartikan Thahhara dengan nadhdhafa to clean (membersihkan).
Pendapat di atas diperkuat lagi oleh Ahmad Warson Munawwir dalam kitab
Kamusnya, Al-Munawwir, kata tahuro yang berarti bersih atau suci.
Penulis kamus Enggris – Indonesia, John M Echols dan Hassan Shadily
mengartikan pure dan clean dengan kata bersih. Maka dengan demikian,
semakin kuatlah bahwa bersih dan suci merupakan sinonim atau padanan
kataha. Sinonim kedua di atas diperkuat lagi oleh pernyataan Al-Qur’an
yang mengartikan thahharo-yuthahhiru yang berarti membersihkan atau
mensucikan.
“Dan pakaianmu bersihkanlah”. (QS Al-Mudatstsir 4 ). Dan ayat lain.
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan
hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka akan
memperoleh siksaan yang besar”. (QS Al-Maidah 41). Dari kedua ayat
tersebut, bisa disimpulkan bahwa , Pertama, bersih dan suci memiliki
pengertian yang sama. Kedua, kata bersih dan suci menggunakan kata yang
sama dalam bahasa Arab, yakni Thahara-yathuru-thuhuran yang artinya
suci/bersih-kesucian/kebersihan.
Keutamaan Orang-orang yang Bersih dan Suci.
Allah adalah Dzat yang Maha Suci. Suci dari segala sifat yang
tercela. Suci dari sifat kekurangan. Suci dari semua tuduhan dan cercaan
orang kafir. Dan Dia suci dari segala macam dan bentuk yang ada dalam
fikiran manusia. Oleh karena itu, Allah juga mencintai orang-orang yang
mau membersihkan dab mensucikan dirinya, baik dari kotoran yang bersifat
material maupun immaterial. Orang-orang yang mau membersihkan dan
mensucikan dirinya, memiliki keutamaan di sisi Allah. Hal ini dijelaskan
oleh Al-Qur’an yang mengatakan “Sesungguhnya Allah menyukai
(mencintai) orang-orang yang bertaubat dan menyukai (mencintai)
orang-orang yang mensucikan (membersihkan) diri.( Al-Baqarah 222). Dan dalam ayat lain Allah juga mengatakan : “Di dalamnya ada orang-orang yang ingin mensucikan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.”
(At-Taubah : 108). Orang-orang yang bersih dan suci, di samping
dicintai oleh Allah swt juga akan mendapatkan fasilitas surga dari-Nya.
Bahkan orang-orang yang disucikan tersebut diperkenan masuk surga
melalui depalan pintu yang dia sukai. Hal ini didasarkan oleh hadits
Nabi yang mengatakan :
“Barang siapa yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya,
kemudian ia berdo’a, Aku bersaksi tidak ada Tuhan yang wajib disembah
kecuali Allah yang Maha Esa yang tidak ada sekuti bagi-Nya. Dan
sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Lalu ia berujar, Ya
Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah
aku termasuk orang-orang yang disucikan (dibersihkan). Maka terbukalah
seluruh pintu-pintu surga yang berjumlah delapan (bagi orang yang
disucikan/dibersihkan) dari mana yang ia suka”. (HR Muslim dan Turmudzi dari Abu Hurairah).
Kiat Membersihkan Lahir dan Bathin.
Ada berapa langkah yang harus dilakukan seorang muslim yang ingin
selalu menjaga kebersihan lahir dan kebersihan bathin. Masing-masing
memiliki cara yang berbeda antara satu dengan lainnya. 1. Kebersihan
bathin. Kebersihan bathin juga bisa disebut dengan kebersihan hati. Hati
seseorang yang bersih akan memancarkan aura dan tindakan positip
seperti, rendah hati, lapang dada, tidak mudah tersinggung, tidak suka
dipuji secara berlebihan, suka memberi (derma), selalu berkata jujur,
suka menolong orang lain, tidak egois dan masih banyak lagi sifat
positip lainnya. Sebaliknya, hati yang kotor akan memancarkan aura dan
tindakan negatif seperti, takabbur atau sombong, hasad atau dengki dan
suka iri, riya, suka dipuji, mudah tersinggung, bahil atau pelit atau
kikir, suka berbohong, cuek atau masa bodoh atau tidak peduli terhadap
lingkungan sekitarnya, egois dan masih banyak lagi tindakan negatif
lainnya. Perlu dikethui bahwa munculnya prilaku positip dan negatif
sesorang bersumber dari hati yang mereka miliki. Hal ini berdasarkan
hadits Nabi Muhammad saw yang mengatakan :
“….Ketahuilah bahwa di tubuh manusia terdapat segumpal darah.
Apabila ia baik, maka baiklah seluruh (prilaku) isi tubuh. Dan apabila
ia rusak, maka rusaklah seluruh (prilaku) isi tubuh. Ketahuilah bahwa
yang dimaksud dengan segumpal darah tersebut adalah hati”. (HR
Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir). . Agar kita tetap bisa
menjaga kebersihan hati, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan.
Di antaranya :
a. Mendawamkan Dzikir.
Allah swt memberikan garansi kepada orang-orang yang sibuk berdzikir
mengingat Allah bahwa hati mereka akan menjadi tenang. Orang-orang yang
berdzikir senantiasa selalu berbuat baik dan menjauhi perbuatan maksiat.
Perlu diketahui bahwa dzikir bukan saja mengucapkan tasbih, tahmid dan
tahlil. Akan tetapi, dzikir adalah melakukan segala aktivitas yang
mengandung nilai kebaikakn dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
swt. Menurut pada ulama dzikir dibagi menjadi tiga bagian. Pertama,
dzikir dengan lisan. Kedua, dzikir dengan hati. Ketiga, dzikir dengan
seluruh anggota badan. Mendawamkan dzikir artinya melakukan tiga macam
dzikir secara terus-menerus tanpa berhenti meskipun hanya satu detik
atauj satu menenit. Orang yang selalu mendawamkan dzikir mengingat
Allah, tidak akan terlintas pada dirinya untuk melakukan perbuatan
maksiat. Kalaupun dia melakukannya, baik disadari maupun tidak disadari,
maka dengan secepatnya ia mengetahui bahwa ini adalah merupakan
perangkap iblis yang terkutuk.
b. Membaca Al-Qur’an.
Hadits Nabi saw mengatakan bahwa dzikir yang paling utama adalah mengucapkan, “Lailahaillallah”,
tidak ada Tuhan yang wajib di sembah selain Allah. Namun demikian, para
ulama juga menerangkan bahwa selain dzikir utama seperti di atas,
terdapat dzikir utama lainnya, yakni membaca Al-Qur’an. Mengapa demikian
? Karena, Al-Qur’an memiliki banuyak fungsi. Di antarnya, memberi
nasehat, sebagao penawar obat hati, sebagai petunjuk dan rahmat kepada
para pembacanya. Jadi, orang-orang yang selalu membaca Al-Qur’an
senantiasa mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah. Semakin banyak
ia membaca berarti semakin banyak mendapatkan sesuatu dari Allah. Dan
orang yang selalu mendapatkan sesuatu dari-Nya, maka pada dia akan
melakakukan tindakan yang melanggar hukum Allah, dengan segera ia akan
mengurungkan niatnya. Oleh sebab itu, bacalah Al-Qur’an karena ia akan
senantiasa mendapatkan nasehat, obat penawar hati, petunjuk dan kasih
sayang-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam kitab-nya : “Wahai
manusia ! seungguh telah datang kepadamu nasehat dan pelajaran
(Al-Qur’an) dari Tuhan-mu, penyembuh penyakit yang ada dalam dada, dan
petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”.(QS Yunus 57).
peringatan Allah. Berkaitan dengan kebersihan dan kesucian hati, Nabi
Muhammad saw mengingatkan kepada para sahabat dan umatnya dengan
sabdanya : “Sesungguhnya hati ini berkarat sebagaimana berkaratnya
besi ketika terkena air hujan”. Lalu shabat bertanya, Bagai manacara
menghilangkan karat tersebut ya Rasulullah ? Rasul menjawab.
“Memperbanyak mengingat kematian dan memperbanyak membaca Al-Qur’an”.
(HR Imam Baihaqi dari Abdullah bin Umar). Insya Allah, dengan membaca
Al-Qur’an secara terus menerus, yang desertai dengan pemahaman yang baik
dan berkenan untuk mengamalkannya, hati ini selalu dibimbing oleh Allah
dan mendapatkan rahmat-Nya.
c. Memiliki Ilmu yang Cukup dan Mengamalkannya.
Menurut riwayat, Barshisha adalah salah seorang abid atau ahli
ibadah. Ia menggunakan seluruh waktunya, siang dan malam dengan
menyibukkan diri beribadah kepada Allah. Namun, seorang ahli ibadah ini
di akhir hayatnya masuk ke dalam perangkap yang telah dipasang oleh
iblis. Sehingga ia mati dalam keadaan suul khatimah, menjadi pengikut
iblis yang terlaknat. Menurut catatan, bahwa diantara sebab-sebab orang
ahli ibadah ini terjebak oleh perangkap iblis; karena minimnya ilmu
agama. Dengan kata lain, Barshisha seorang abid yang taat dan senang
beribadah kepada Allah, akan tetapi ia tidak didukung oleh ilmu agama
yang memadai. Oleh sebab itu, carilah ilmu agama agar ibadah diterima di
sisi Allah dan tidak mudah dijebak oleh iblis. Berkaitan dengan masalah
ketaan dalam beribadah (iman) dan ilmu Allah memberikan peringatan
sebagai berikut : “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
dan orang-orang yang diberi ilmu di antara kamu dengan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan”.
(Al-Mujaadilah 58 :11). Dalam masalah beragama, seseorang tidak cukup
hanya dengan mengimani dan membekali diri dengan ilmu. Akan tetapi, ia
harus bersedia untuk mempraktekkan dan mengamalkan ajaran-ajaran
agamanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh.
(QS Al-‘Ashr 103 : 1 -3). 2. Kebersihan Lahir. Kebersihan bahtin atau
kesucian hati harus bisa melahirkan kebersihan lahir. Sebab, hati yang
bersih sebagaimana telah disebutkan di atas dapat mengeluarkan aura dan
prilaku positip. Bagi seorang muslim, untuk melahirkan kebersihan lahir
bisa belajar dari praktek ibadah seperti; wudhu dan berbagaiman macam
mandi dengan memahami hikmah dan falsafah yang terkadung di dalamnya.
a. Wudhu.
Setiap muslim yang taat dalam menjalankan ibadah shalat, hampir bisa
dipastikan bahwa ia telah melakukan wudhu minimal 5 kali dalam sehari.
Dan tentu, mungkin tidak sedikit di antara umat ini yang mendawamkan
wudhu. Hal ini, karena mereka telah mengetahui keutamaan dan hikmah yang
terkandung dalam wudhu. Sebenarnya, wudhu bukan hanya sekedar memenuhi
persyaratan sahnya shalat. Akan tetapi, wudhu memiliki hikmah dan arti
filosofi yang sangat mengagumkan. Misalnya, berkumur. Itu artinya
seorang muslim tidak bolah memasukan makanan dan minuman ke dalam
mulutnya kecuali makanan dan minuman yang halal. Memasukkan air ke
hidung itu arti bahwa setiap muslim tidak boleh mencium kecuali yang
dihalalkan. Membasuh muka itu artinya bahwa setiap muslim harus
menampilkan yang selalu manis dan berseri-seri setiap kali bertatap muka
dengan siapapun. Membasuh kedua tangan itu artinya bahwa setiap muslim
tidak boleh menggunakan tangan kecuali yang dihalalkan oleh syariat.
Menguasap sebagian kepala itu artinya bahwa setiap muslim harus
menggunakan akal fikiran secara baik dan benar. Membasuh kedua kaki itu
artinya bahwa setiap muslim tidak boleh melangkah kecuali tempat-tempat
yang mengandung nilai ibadah. Dan membersihkan kedua telinga itu artinya
bahwa setiap muslim tidak boleh mendengarkan ucupan dan kalimat kecuali
ucapak dan kalimat yang baik.
b. Mandi.
Setiap muslim yang akan melakasanak shalat jum’at disunahkan untuk
mandi dan ini dilakukan setiap seminggu sekali. Di samping mandi shalat
jum’at. juga terdapat mandi-mandi yang lain seperti, mandi janabah,
mandi haid, nifas dan wiladah. Tentu, ini semua mengandung hikmah dan
makna filosofis yang sangat baik dan mengagumkan. Namun, sering kali
kita tidak mengetahui dan menyadarinya. Mudah-mudahan setiap umat Islam
bisa memahami hikmah yang terkandung dan makna filosofinya serta bisa
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Atau paling tidak, umat ini
harus memiliki kepedulian terhadap kebersihan, baik yang bersifa
lahiriyah maupun bersifat bathiniyah.
c. Penegakan Hukum.
Pepatah mengatakan, manusia itu tempat kesalahan dan kelengahan. Oleh
karena itu, mereka harus selalu diingatkan. Caranya sangat variatif.
Dan salah satunya adalah penegakan hukum. Misalnya, seorang muslim yang
membuang sempah bukan pada tempatnya harus diberi sangsi sosoial yang
tegas seperti, kerja sosial (membersihkan taman atau jalan) selama
sebulan penuh dan bisa dikenakan denda. Hal seperti ini telah
dipraktekkan di beberapa negara seperti, singapura. Catatan khusus untuk
di Indonesia, ada pelanggaran dan ada sangsi, akan tetapi pada tahap
pelaksanaannya tidak tegas dan nihil. Semoga segenap umat semakin
menyadari bahwa kebersihan adalah menjadi suatu kebutuhan hidup setiap
manusia. Oleh sebab itu, setiap muslim harus peduli menjaga dan merawat
kebersihan. Karena, ini merupakan tugas dan kewajiban agama. E.
Kesimpulan. Dari tulisan makalah di atas, dapat di simpulkan sebagai
berikut :
1. Ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi
Muhammad saw mengajarkan umatnya agar menjaga kebersihan lahir dan
kebersihan bathin. Oleh karena itu, setiap muslim dan mukmin
bertanggjawab terhadap kebersihan yang ada pada dirinya dan alam
sekitarnya.
2. Yang dimaksud dengan kebersihan lahir adalah kebersihan yang
nampak dan bisa dilihat oleh pandangan mata. Sedangkan kebersihan bathin
adalah kebersihan yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata biasa.
Kebersihan bathin biasanya disebut dengan kebersihan hati.
3. Kebersihan lahir meliputi seluruh anggota badan manusia dan
lingkungan sekitar kita seperti, rumah dan sekitarnya, pasar, jalan,
taman, tempat ibadah, lembaga pendidikan dan sekitarnya seperti, kelas,
kantor, kamar mandi, WC dan halaman sekolah dan masih banyak lagi
lainnya.
4. Sedangkan kebersihan bathin adalah kebersihan hati dari
sifat-sifat yang tercela seperti, kibr (sombong), hasad (dengki/iri),
riya, marah yang berlebihan, suka bedusta, suka berhianat, bahil atau
pelit, suka berbuat kedzaliman, dan lainnya.
5. Untuk menjaga kebersihan dan kesucian hati, seorang muslim harus
selalu berdzikir dengan tiga macam dzikiran secara terus-menerus,
membaca Al-Qur’an dengan memahami arti dan mengamalkannya dan memiliki
ilmu agama serta mengamalkannya.
6. Sedangkan untuk menjaga kebersihan lahir, seorang muslim harus
melakukan upaya secara maksimal seperti, niat atau kemauan yang keras,
mengambil pelajaran dari wudhu dan berbagai macam mandi, dan penerapan
hukum bagi yang melanggarnya secara adil dan tegas. Insya Allah, dengan
melalui tahapan ini kebersihan lahir akan terwujud. Seorang muslim tidak
lagi membuang sampah bukan pada tempatnya dan ia merasa malu apabila
melanggarnya. Di samping itu, sesama muslim harus mau saling
mengingatkan satu sama lainnya, khususnya berkaitan dengan masalah
kebersihan lingkungan. Demikilah, kami menulis makalah singkat ini.
semoga bermanfaat, baik untuk diri saya sendiri dan para pembaca yang
budiman. Mudah-mudahan lingungan alam sekitar kita bisa menjadi lebih
bersih, lebih ramah dan lebih indah.
Amin. Wallahu’alam bishshawab.
Muhammad Hisyam Asyqin.
sipp
BalasHapussipp
BalasHapus