Sabtu, 10 Oktober 2015

BERSIH DAN SUCI Menurut Pandangan Islam Edisi ke-58

Pengertian Adakah persamaan dan perbedaan antara pengertian bersih dan suci ? Dalam bahasa indonesia, sepertinya kedua kata tersebut sama. Akan tetapi, terkadang terasa berbeda dalam penggunakannya. Misalnya saja, dalam susunan kalimat bahasa indonesia, “Orang itu hati hatinya sangat bersih.” Bersih di sini bisa diartikan suci atau ikhlas. Sedangkan dalam kalimat yang lain, “Batas suci” yang biasa ditulis di masjid atau mushalla di Indonesia. Suci di disi bisa diartikan bersih, baik bersih dari kotoran maupun bersih dari hal yang bersifat najis. Dalam kalimat lain, yang sering kita jumpai pada pejaran fiqih misalnya, “Air ini suci dan bisa mensucikan kotoran atau najis”. Kata suci dalam kalimat ini bisa diartikan bersih. Atau dengan kata lain, “Air ini bersih dan bisa membersikan kotoran atau najis”.
Alhasil, antara bersih dan suci adalah tidak ada perbedaan, yang ada adalah kesamaan. Pendapat di atas didukung oleh penulis kamus Ilyas Al-Ashri, Arab – Inggris, Ilyas Anton. Beliau mengartikan kata Thaahirun dengan to be pure dan to be clean. Dalam bahasa Indonesia to be pure berarti suci dan to be clean berarti bersih. Dalam kata yang lain, Ilyas Anton mengartikan Thahhara dengan nadhdhafa to clean (membersihkan). Pendapat di atas diperkuat lagi oleh Ahmad Warson Munawwir dalam kitab Kamusnya, Al-Munawwir, kata tahuro yang berarti bersih atau suci. Penulis kamus Enggris – Indonesia, John M Echols dan Hassan Shadily mengartikan pure dan clean dengan kata bersih. Maka dengan demikian, semakin kuatlah bahwa bersih dan suci merupakan sinonim atau padanan kataha. Sinonim kedua di atas diperkuat lagi oleh pernyataan Al-Qur’an yang mengartikan thahharo-yuthahhiru yang berarti membersihkan atau mensucikan.
“Dan pakaianmu bersihkanlah”. (QS Al-Mudatstsir 4 ). Dan ayat lain.
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka akan memperoleh siksaan yang besar”. (QS Al-Maidah 41). Dari kedua ayat tersebut, bisa disimpulkan bahwa , Pertama, bersih dan suci memiliki pengertian yang sama. Kedua, kata bersih dan suci menggunakan kata yang sama dalam bahasa Arab, yakni Thahara-yathuru-thuhuran yang artinya suci/bersih-kesucian/kebersihan.

Keutamaan Orang-orang yang Bersih dan Suci.
Allah adalah Dzat yang Maha Suci. Suci dari segala sifat yang tercela. Suci dari sifat kekurangan. Suci dari semua tuduhan dan cercaan orang kafir. Dan Dia suci dari segala macam dan bentuk yang ada dalam fikiran manusia. Oleh karena itu, Allah juga mencintai orang-orang yang mau membersihkan dab mensucikan dirinya, baik dari kotoran yang bersifat material maupun immaterial. Orang-orang yang mau membersihkan dan mensucikan dirinya, memiliki keutamaan di sisi Allah. Hal ini dijelaskan oleh Al-Qur’an yang mengatakan “Sesungguhnya Allah menyukai (mencintai) orang-orang yang bertaubat dan menyukai (mencintai) orang-orang yang mensucikan (membersihkan) diri.( Al-Baqarah 222). Dan dalam ayat lain Allah juga mengatakan : “Di dalamnya ada orang-orang yang ingin mensucikan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (At-Taubah : 108). Orang-orang yang bersih dan suci, di samping dicintai oleh Allah swt juga akan mendapatkan fasilitas surga dari-Nya. Bahkan orang-orang yang disucikan tersebut diperkenan masuk surga melalui depalan pintu yang dia sukai. Hal ini didasarkan oleh hadits Nabi yang mengatakan :
“Barang siapa yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian ia berdo’a, Aku bersaksi tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah yang Maha Esa yang tidak ada sekuti bagi-Nya. Dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Lalu ia berujar, Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang disucikan (dibersihkan). Maka terbukalah seluruh pintu-pintu surga yang berjumlah delapan (bagi orang yang disucikan/dibersihkan) dari mana yang ia suka”. (HR Muslim dan Turmudzi dari Abu Hurairah).

Kiat Membersihkan Lahir dan Bathin.
Ada berapa langkah yang harus dilakukan seorang muslim yang ingin selalu menjaga kebersihan lahir dan kebersihan bathin. Masing-masing memiliki cara yang berbeda antara satu dengan lainnya. 1. Kebersihan bathin. Kebersihan bathin juga bisa disebut dengan kebersihan hati. Hati seseorang yang bersih akan memancarkan aura dan tindakan positip seperti, rendah hati, lapang dada, tidak mudah tersinggung, tidak suka dipuji secara berlebihan, suka memberi (derma), selalu berkata jujur, suka menolong orang lain, tidak egois dan masih banyak lagi sifat positip lainnya. Sebaliknya, hati yang kotor akan memancarkan aura dan tindakan negatif seperti, takabbur atau sombong, hasad atau dengki dan suka iri, riya, suka dipuji, mudah tersinggung, bahil atau pelit atau kikir, suka berbohong, cuek atau masa bodoh atau tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, egois dan masih banyak lagi tindakan negatif lainnya. Perlu dikethui bahwa munculnya prilaku positip dan negatif sesorang bersumber dari hati yang mereka miliki. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw yang mengatakan :
“….Ketahuilah bahwa di tubuh manusia terdapat segumpal darah. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh (prilaku) isi tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh (prilaku) isi tubuh. Ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan segumpal darah tersebut adalah hati”. (HR Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir). . Agar kita tetap bisa menjaga kebersihan hati, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Di antaranya :
a. Mendawamkan Dzikir.
Allah swt memberikan garansi kepada orang-orang yang sibuk berdzikir mengingat Allah bahwa hati mereka akan menjadi tenang. Orang-orang yang berdzikir senantiasa selalu berbuat baik dan menjauhi perbuatan maksiat. Perlu diketahui bahwa dzikir bukan saja mengucapkan tasbih, tahmid dan tahlil. Akan tetapi, dzikir adalah melakukan segala aktivitas yang mengandung nilai kebaikakn dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt. Menurut pada ulama dzikir dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, dzikir dengan lisan. Kedua, dzikir dengan hati. Ketiga, dzikir dengan seluruh anggota badan. Mendawamkan dzikir artinya melakukan tiga macam dzikir secara terus-menerus tanpa berhenti meskipun hanya satu detik atauj satu menenit. Orang yang selalu mendawamkan dzikir mengingat Allah, tidak akan terlintas pada dirinya untuk melakukan perbuatan maksiat. Kalaupun dia melakukannya, baik disadari maupun tidak disadari, maka dengan secepatnya ia mengetahui bahwa ini adalah merupakan perangkap iblis yang terkutuk.
b. Membaca Al-Qur’an.
Hadits Nabi saw mengatakan bahwa dzikir yang paling utama adalah mengucapkan, “Lailahaillallah”, tidak ada Tuhan yang wajib di sembah selain Allah. Namun demikian, para ulama juga menerangkan bahwa selain dzikir utama seperti di atas, terdapat dzikir utama lainnya, yakni membaca Al-Qur’an. Mengapa demikian ? Karena, Al-Qur’an memiliki banuyak fungsi. Di antarnya, memberi nasehat, sebagao penawar obat hati, sebagai petunjuk dan rahmat kepada para pembacanya. Jadi, orang-orang yang selalu membaca Al-Qur’an senantiasa mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah. Semakin banyak ia membaca berarti semakin banyak mendapatkan sesuatu dari Allah. Dan orang yang selalu mendapatkan sesuatu dari-Nya, maka pada dia akan melakakukan tindakan yang melanggar hukum Allah, dengan segera ia akan mengurungkan niatnya. Oleh sebab itu, bacalah Al-Qur’an karena ia akan senantiasa mendapatkan nasehat, obat penawar hati, petunjuk dan kasih sayang-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam kitab-nya :  “Wahai manusia ! seungguh telah datang kepadamu nasehat dan pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhan-mu, penyembuh penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”.(QS Yunus 57). peringatan Allah. Berkaitan dengan kebersihan dan kesucian hati, Nabi Muhammad saw mengingatkan kepada para sahabat dan umatnya dengan sabdanya :  “Sesungguhnya hati ini berkarat sebagaimana berkaratnya besi ketika terkena air hujan”. Lalu shabat bertanya, Bagai manacara menghilangkan karat tersebut ya Rasulullah ? Rasul menjawab. “Memperbanyak mengingat kematian dan memperbanyak membaca Al-Qur’an”. (HR Imam Baihaqi dari Abdullah bin Umar). Insya Allah, dengan membaca Al-Qur’an secara terus menerus, yang desertai dengan pemahaman yang baik dan berkenan untuk mengamalkannya, hati ini selalu dibimbing oleh Allah dan mendapatkan rahmat-Nya.
c. Memiliki Ilmu yang Cukup dan Mengamalkannya.
Menurut riwayat, Barshisha adalah salah seorang abid atau ahli ibadah. Ia menggunakan seluruh waktunya, siang dan malam dengan menyibukkan diri beribadah kepada Allah. Namun, seorang ahli ibadah ini di akhir hayatnya masuk ke dalam perangkap yang telah dipasang oleh iblis. Sehingga ia mati dalam keadaan suul khatimah, menjadi pengikut iblis yang terlaknat. Menurut catatan, bahwa diantara sebab-sebab orang ahli ibadah ini terjebak oleh perangkap iblis; karena minimnya ilmu agama. Dengan kata lain, Barshisha seorang abid yang taat dan senang beribadah kepada Allah, akan tetapi ia tidak didukung oleh ilmu agama yang memadai. Oleh sebab itu, carilah ilmu agama agar ibadah diterima di sisi Allah dan tidak mudah dijebak oleh iblis. Berkaitan dengan masalah ketaan dalam beribadah (iman) dan ilmu Allah memberikan peringatan sebagai berikut :  “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu di antara kamu dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan”. (Al-Mujaadilah 58 :11). Dalam masalah beragama, seseorang tidak cukup hanya dengan mengimani dan membekali diri dengan ilmu. Akan tetapi, ia harus bersedia untuk mempraktekkan dan mengamalkan ajaran-ajaran agamanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. (QS Al-‘Ashr 103 : 1 -3). 2. Kebersihan Lahir. Kebersihan bahtin atau kesucian hati harus bisa melahirkan kebersihan lahir. Sebab, hati yang bersih sebagaimana telah disebutkan di atas dapat mengeluarkan aura dan prilaku positip. Bagi seorang muslim, untuk melahirkan kebersihan lahir bisa belajar dari praktek ibadah seperti; wudhu dan berbagaiman macam mandi dengan memahami hikmah dan falsafah yang terkadung di dalamnya.
a. Wudhu.
Setiap muslim yang taat dalam menjalankan ibadah shalat, hampir bisa dipastikan bahwa ia telah melakukan wudhu minimal 5 kali dalam sehari. Dan tentu, mungkin tidak sedikit di antara umat ini yang mendawamkan wudhu. Hal ini, karena mereka telah mengetahui keutamaan dan hikmah yang terkandung dalam wudhu. Sebenarnya, wudhu bukan hanya sekedar memenuhi persyaratan sahnya shalat. Akan tetapi, wudhu memiliki hikmah dan arti filosofi yang sangat mengagumkan. Misalnya, berkumur. Itu artinya seorang muslim tidak bolah memasukan makanan dan minuman ke dalam mulutnya kecuali makanan dan minuman yang halal. Memasukkan air ke hidung itu arti bahwa setiap muslim tidak boleh mencium kecuali yang dihalalkan. Membasuh muka itu artinya bahwa setiap muslim harus menampilkan yang selalu manis dan berseri-seri setiap kali bertatap muka dengan siapapun. Membasuh kedua tangan itu artinya bahwa setiap muslim tidak boleh menggunakan tangan kecuali yang dihalalkan oleh syariat. Menguasap sebagian kepala itu artinya bahwa setiap muslim harus menggunakan akal fikiran secara baik dan benar. Membasuh kedua kaki itu artinya bahwa setiap muslim tidak boleh melangkah kecuali tempat-tempat yang mengandung nilai ibadah. Dan membersihkan kedua telinga itu artinya bahwa setiap muslim tidak boleh mendengarkan ucupan dan kalimat kecuali ucapak dan kalimat yang baik.
b. Mandi.
Setiap muslim yang akan melakasanak shalat jum’at disunahkan untuk mandi dan ini dilakukan setiap seminggu sekali. Di samping mandi shalat jum’at. juga terdapat mandi-mandi yang lain seperti, mandi janabah, mandi haid, nifas dan wiladah. Tentu, ini semua mengandung hikmah dan makna filosofis yang sangat baik dan mengagumkan. Namun, sering kali kita tidak mengetahui dan menyadarinya. Mudah-mudahan setiap umat Islam bisa memahami hikmah yang terkandung dan makna filosofinya serta bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Atau paling tidak, umat ini harus memiliki kepedulian terhadap kebersihan, baik yang bersifa lahiriyah maupun bersifat bathiniyah.
c. Penegakan Hukum.
Pepatah mengatakan, manusia itu tempat kesalahan dan kelengahan. Oleh karena itu, mereka harus selalu diingatkan. Caranya sangat variatif. Dan salah satunya adalah penegakan hukum. Misalnya, seorang muslim yang membuang sempah bukan pada tempatnya harus diberi sangsi sosoial yang tegas seperti, kerja sosial (membersihkan taman atau jalan) selama sebulan penuh dan bisa dikenakan denda. Hal seperti ini telah dipraktekkan di beberapa negara seperti, singapura. Catatan khusus untuk di Indonesia, ada pelanggaran dan ada sangsi, akan tetapi pada tahap pelaksanaannya tidak tegas dan nihil. Semoga segenap umat semakin menyadari bahwa kebersihan adalah menjadi suatu kebutuhan hidup setiap manusia. Oleh sebab itu, setiap muslim harus peduli menjaga dan merawat kebersihan. Karena, ini merupakan tugas dan kewajiban agama. E. Kesimpulan. Dari tulisan makalah di atas, dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw mengajarkan umatnya agar menjaga kebersihan lahir dan kebersihan bathin. Oleh karena itu, setiap muslim dan mukmin bertanggjawab terhadap kebersihan yang ada pada dirinya dan alam sekitarnya.
2. Yang dimaksud dengan kebersihan lahir adalah kebersihan yang nampak dan bisa dilihat oleh pandangan mata. Sedangkan kebersihan bathin adalah kebersihan yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata biasa. Kebersihan bathin biasanya disebut dengan kebersihan hati.
3. Kebersihan lahir meliputi seluruh anggota badan manusia dan lingkungan sekitar kita seperti, rumah dan sekitarnya, pasar, jalan, taman, tempat ibadah, lembaga pendidikan dan sekitarnya seperti, kelas, kantor, kamar mandi, WC dan halaman sekolah dan masih banyak lagi lainnya.
4. Sedangkan kebersihan bathin adalah kebersihan hati dari sifat-sifat yang tercela seperti, kibr (sombong), hasad (dengki/iri), riya, marah yang berlebihan, suka bedusta, suka berhianat, bahil atau pelit, suka berbuat kedzaliman, dan lainnya.
5. Untuk menjaga kebersihan dan kesucian hati, seorang muslim harus selalu berdzikir dengan tiga macam dzikiran secara terus-menerus, membaca Al-Qur’an dengan memahami arti dan mengamalkannya dan memiliki ilmu agama serta mengamalkannya.
6. Sedangkan untuk menjaga kebersihan lahir, seorang muslim harus melakukan upaya secara maksimal seperti, niat atau kemauan yang keras, mengambil pelajaran dari wudhu dan berbagai macam mandi, dan penerapan hukum bagi yang melanggarnya secara adil dan tegas. Insya Allah, dengan melalui tahapan ini kebersihan lahir akan terwujud. Seorang muslim tidak lagi membuang sampah bukan pada tempatnya dan ia merasa malu apabila melanggarnya. Di samping itu, sesama muslim harus mau saling mengingatkan satu sama lainnya, khususnya berkaitan dengan masalah kebersihan lingkungan. Demikilah, kami menulis makalah singkat ini. semoga bermanfaat, baik untuk diri saya sendiri dan para pembaca yang budiman. Mudah-mudahan lingungan alam sekitar kita bisa menjadi lebih bersih, lebih ramah dan lebih indah.
Amin. Wallahu’alam bishshawab.
Muhammad Hisyam Asyqin.

2 komentar: